Rabu, 14 Desember 2011

Kontroversi: BUDDHISME MAITREYA



Ketuhanan dalam Buddhisme Maitreya
Buddhisme Maitreya menganut konsep Ketuhanan ganda. Di satu sisi, ia dapat menerima konsep Ketuhanan yang personal, dengan menghadirkan sosok LAO MU (Bunda Semesta) sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Di sisi lain, ia menerima pula konsep Ketuhanan non-personal, di mana keberadaan Tuhan sesungguhnya adalah suatu kebenaran yang harus direalisasikan dalam pribadi kita, dalam wujud kebaikan, cinta kasih, dan perjuangan. Untuk selengkapnya baca di artikel Ketuhanan Maitreya.

Silsilah dan Keselamatan Buddhisme Maitreya
Dikisahkan bahwa pada masa setelah sesepuh Hui Neng, perkembangan Buddhisme memasuki dua periode, yaitu periode terbuka dan periode tertutup. Periode tertutup ditandai dengan munculnya Buddhisme Maitreya. Dalam periode ini, dipercaya adanya ajaran Buddha yang sifatnya rahasia, dan hanya dapat diwariskan kepada mereka yang berjodoh, yaitu mereka yang memiliki tumpukan pahala karma baik yang amat besar. Ajaran rahasia tersebut merupakan misi keselamatan tunggal dari Buddha Maitreya untuk membebaskan kita dari samsara. Kesalahan terbesar yang diwariskan dari generasi ke generasi adalah menganggap upacara pendhiksaan (semacam baptis di Kristen, atau visudhi di Buddhis) sebagai sarana atau tiket ke Nirwana. Padahal, secara Buddhis, hal itu tidak mungkin.

Penyimpangan oleh Intern Buddhisme Maitreya

Kekeliruan
- Anggapan bahwa upacara pendhiksaan merupakan upacara keselamatan.
- Keselamatan berarti setelah mati masuk Nirwana (surga).
- Seseorang yang belum di-dhiksa, setelah mati akan masuk Neraka.
- Adanya misi keselamatan tunggal dari Buddha Maitreya.
- Anggapan Triratna sebagai tiga mustika keselamatan: pintu nurani, pertanda suci, dan perkataan suci; yang semuanya bersifat rahasia.
Penyebab
- Pengaruh kepercayaan non-Buddhis yang menganggap adanya hadiah keselamatan
- Anggapan salah bahwa Nirwana adalah alam bahagia seperti surga.
- Kepercayaan salah bahwa setiap manusia yang mati akan terlahir di Neraka.
Pelurusan
- Pendhiksaan hanyalah upacara perlindungan, menunjuk Maitreya sebagai guru.
- Berlindung berarti meneladani pribadi Maitreya yang maha cinta kasih.
- Tiga mustika hanyalah simbolis: pintu suci (pikiran), pertanda suci (perbuatan), dan perkataan suci (ucapan), haruslah dijaga supaya bersih dan suci.
- Keselamatan bergantung pada faktor karma. Dengan kekuatan keyakinan dalam doa, memang ada faktor-faktor eksternal yang dapat membantu dalam batasan tertentu, tetapi segala akibatnya pun tidak terlepas dari faktor karma.
- Dengan meneladani pribadi Maitreya, berarti mengkondisikan cetana untuk terlahir di surga Tusita, tempat Bodhisatva Maitreya mengajar sekarang, sebelum mencapai Kebuddhaan yang sempurna (Samma Sam-Buddha).
- Dengan cinta kasih, memupuk jasa pahala, membangun tekad untuk terlahir di alam tempat Buddha Maitreya mengajar nantinya setelah mencapai Kebuddhaan yang sempurna (Samma Sam-Buddha).
- Dengan terlahir di alam Maitreya, mendengarkan ajaran-Nya, maka kita dapat terbebas dari samsara, sehingga tercapailah Nirwana.


Penyimpangan oleh Ekstern Buddhisme Maitreya

Kekeliruan
- Anggapan Maitreya telah hadir sebagai Buddha di dunia.
- Umat Maitreya ber-vegetarian karena dapat membuat orang menjadi suci.
Penyebab
- Anggapan bahwa sebagai umat Maitreya berarti mengikuti ajaran Buddha Maitreya.
- Semua umat Maitreya dianjurkan untuk ber-vegetarian.
Pelurusan
- Umat Maitreya meneladani pribadi Maitreya yang maha cinta kasih, tidak terlalu menekankan ajaran-ajaran yang teoritis dan filosofis, melainkan penekanan pada ajaran-ajaran yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.
- Secara badani Maitreya memang belum terlahir sebagai seorang Buddha, tetapi bagi umat Maitreya, Beliau adalah seorang Buddha.
- Maitreya adalah pribadi yang maha cinta kasih, sehingga tidaklah mengherankan umat Maitreya dianjurkan bervegetarian, tetapi umat Maitreya menganggap vegetarian hanyalah salah satu sarana mendasar dalam membina diri. (bd)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar